Blogger Widgets TUGAS KRITIK ARSITEKTUR "MASJID JAMI SAID NAUM" ~ kurniaji 'ARSITEKTUR'

300x250 AD TOP

Mengenai Saya

Foto saya
BOGOR, JAWA BARAT, Indonesia
nama saya kurniaji , saya kuliah di universitas gunadarma , jurusan arsitektur .
Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 22 Januari 2017

Tagged under:

TUGAS KRITIK ARSITEKTUR "MASJID JAMI SAID NAUM"

A.Kritik Normatif  
Hakikat Kritik Normatif adalah : 

  •  Adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip.
  •  Dan melalui ini kualitas dan kesuksesan sebuah lingkungan binaan dapat dinilai.
  •  Norma bisa jadi berupa standar yang bersifat fisik, tetapi adakalanya juga bersifat kualitatif dan tidak dapat dikuantifikasikan.


1.Motode Kritik Normatif Tipikal 
Metoda Normatif Tipikal ( suatu norma yang didasarkan pada model yang digenralisasi untuk satu kategori bangunan spesifik)

  •  Studi tipe bangunan saat ini telah menjadi pusat perhatian para sejarawan arsitektur. Hal ini dapat dipahami karena desain akan menjadi lebih mudah dengan mendasarkannya pada type yang telah standard, bukan pada innovative originals (keaslian inovasi).  
  •  Studi tipe bangunan lebih didasarkan pada kualitas, utilitas dan ekonomi dalam lingkungan yang telah terstandarisasi dan  kesemuanya dapat terangkum dalam satu  ypology
  •  Metode Tipikal, yaitu suatu pendekatan yang mempunyai uraian urutan secara tersusun. Contoh. Bangunan sekolah, tipe yang ada ialah seperti ruang kelas, ruang guru,ruang kepala sekolah, ruang kesenian,  lab, perpustakaan, kantin, gudang, toilet.

Contoh Kritik Normatif Tipikal :
          Suatu keindahan pada masjid ini dapat dilihat dari eksterior maupun interior Masjid Jami Said Naum. Namun keberhasilan keindahan tersebut  harus ditunjang dengan keberhasilan struktur dan fungsinya agar unsur unsur arsitektur dapat terpenuhi dengan baik dan dapat terwujud keharmonisan dalam Masjid ini. Struktur yang digunakan pada Masjid Jami Said Naum ini lebih kepada system struktur bentang cukup lebar. Tampaknya pilihan struktur rangka baja telah dipakai untuk menggantikan struktur kayu yang biasa pada Masjid Jami Said Naum. Namun yang sangat menarik disini adalah dikembangkannya kembali konsep system atap lama pada struktur atap yang rigid sebagai self bearing structure untuk menutup ruang dengan bentang lebar. Pencahayaan alami yang masuk ke ruang sholat memberi suasana nyama bagi setiap pengguna.
        Adapun ruang – ruang yang ada di dalam Masjid Jami Said Naum ini adalah ruang utama yaitu ruang sholat yang telah terbagi antara untuk jamaah pria dan jamaah wanita, sedangkan untuk ruang toilet, tempat wudhu terpisah dengan bangunan utama, tempat wudhu jamaah wanita dan jamaah pria berada disamping masjid serta ruang takbir masjid yang berfungsi untuk tempat bekerja para pengurus masjid serta terdapat di bagian lantai dua, satu bangunan dengan ruang wudhuu jamaah pria, jamaah wanita, toilet dan ruang takbir yang berfungsi untuk tempat bekerja para pengurus masjid.
        Rancangan masjid yang berdenah segi empat simetris ini adalah kenyamanan ruang ruangnya, yang terjadi sebab adanya bukaan di semua sisi dindingnya sehingga tercapai penghawaan silang dengan baik. Disetiap sisi dinding masjid terdapat lima jendela kayu lengkung yang lebar dengan beberapa diantaranya dipakai sebagai pintu. Ornamentasi dan elemen Masjid Said Na’um menggunakan bahasa Arsitektur Betawi yang merupakan bahasa arsitektur setempat menunjukkan proses transformasi dan pengadaptasian dalam membahasakan apa yang dipahami sebagai Arsitektur Islam.
sumber : Foto Pribadi

sumber : Foto Pribadi

sumber : Foto Pribadi

B.Kritik Interpretif
        Karakteristik utama kritik interpretif adalah kritikus dengan metode sangat personal. Tindakannya bagaikan sebagai seorang interpreter atau pengamat tidak mengklaim satu doktrin, sistem, tipe atau ukuran. Kritik Interpretif punya kecenderungan karakteristik sebagai berikut
  •  Kritikus sebagai seorang interpreter atau pengamat yang sangat personal.
  •  Bentuk kritik cenderung subjektif namun tanpa ditunggangi oleh klaim doktrin, klaim objektifitas melalui pengukuran yang terevaluasi.
  •  Mempengaruhi pandangan orang lain untuk bisa memandang sebagaimana yang kita lihat.  
  •  Menyajikan satu perspektif baru atas satu objek atau satu cara baru memandang bangunan(biasanya perubahan cara pandang dengan “metafor” terhadap bangunan yang kita lihat).
  •  Melalui rasa artistiknya mempengaruhi pengamat merasakan sama sebagaimana yang ia alami.
  •  Membangun satu karya “bayangan” yang independen melalui bangunan sebagaimana miliknya, ibarat sebuah kendaraan.

1.Metode Interpretif Evokatif
Evoke berarti menimbulkan, membangkitkan. Ungkapan sebagai pengganti cara kita mencintai bangunan. Menggugah pemahaman intelektual kita atas makna yang dikandung bangunan. Membangkitkan emosi rasa kita dalam memperlakukan bangunan. Kritik evokatif tidak perlu menyajikan argumentasi rasional dalam menilai bangunan. Kritik evokatif tidak dilihat dalam konteks benar atau salah tetapi makna yang terungkap dan pengalaman ruang yang dirasakan. Mendorong orang lain untuk turut membangkitkan emosi yang serupa sebagaimana dirasakan kritikus.


Contoh Metode Interpretif Evokasi :
        Lokasi Masjid Said Naum Kebon Kacang 9 No. 25, Kelurahan Kebon Kacang Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10240 – Indonesia. Masjid Said Naum dibangun di atas bekas lahan pekuburan, wakaf dari Almarhum Said Naum. Pembangunan masjid ini atas gagasan dari Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Masjid dengan rancangan eksentrik ini dirancang oleh Atelier Enam Architects and Planners / Adhi Moersid. Masjid Said Naum dikelola oleh Pemerintah DKI Jakarta dan Yayasan Saïd Naum selesai dibangun tahun 1977 diatas lahan seluas 15'000 m².
Rancangan Masjid Said Naum ini dapat disebut sebagai suatu rancangan yang sangat berhasil dalam upaya menghadirkan kosa bentuk masjid tradisional Jawa ke dalam ungkapan ungkapan modern Masjid yang dirancang arsitek Adhi Moersid dan tim ini jelas memperlihatkan usaha serius mengakomodasi dua kepentingan berbeda yaitu merepresentasikan karakter arsitektur lokal/tradisional dengan pendekatan modern. 
       Menurut catatan tertulis dari sang arsitek, pada waktu menggarap rancangan ini sebenarnya tidak ada pretensi mengupas kemudian merumuskan bagaimana tradisi dan unsur arsitektur tradisional dapat dimasukkan kedalam rancanngan dengan mengikuti aturan atau teori tertentu.
sumber : Foto Pribadi

        Yang juga terlihat sangat menonjol dalam rancangan masjid yang berdenah segi empat simetris ini adalah kenyamanan ruang ruangnya, yang terjadi sebab adanya bukaan di semua sisi dindingnya sehingga tercapai penghawaan silang dengan baik. Disetiap sisi dinding masjid terdapat lima jendela kayu lengkung yang lebar dengan beberapa diantaranya dipakai sebagai pintu. Uniknya bukaan bukaan ini tidak menggunaan daun jendela/pintu tetapi deretan kayu berukir/berulir berjarak tertentu dengan arah vertical yang mengisi luas jendela tersebut. model jendela seperti ini mengingatkan kepada rumah rumah tradisional betawi maupun masjid masjid lama di ajakarta yang dibangun sejak abad ke 18.

sumber : Foto Pribadi

sumber : Foto Pribadi

sumber : Foto Pribadi


REFERENSI




0 komentar:

Posting Komentar