Blogger Widgets Februari 2016 ~ kurniaji 'ARSITEKTUR'

300x250 AD TOP

Mengenai Saya

Foto saya
BOGOR, JAWA BARAT, Indonesia
nama saya kurniaji , saya kuliah di universitas gunadarma , jurusan arsitektur .
Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 01 Februari 2016

Tagged under:

TUGAS HPP





Pengertian Umum Proyek Konstruksi

Menurut Mulyani (2006) dalam Findy Kamaruzzaman (2010), proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan proyek yang berkaitan dengan bidang konstruksi (pembangunan) yang mempunyai dimensi waktu terbatas dengan lokasi sumber dana tertentu, guna mewujudkan suatu gagasan serta mendapatkan tujuan tertentu, setelah gagasan tersebut layak untuk dilaksanakan. Untuk menyelesaikan suatu proyek konsturksi, harus berpegang pada batasan tiga kendala (triple constraint). Batasan tiga kendala adalah :
Mutu
Kinerja harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang dipersyaratkan. Hasilyang dikerjakan dapat dipertanggungjawabkan.
Biaya
Besarnya sesuai biaya yang dialokasikan. Dengan kata lain, pengerjaan proyek konstruksi tersebut harus efisien.
Waktu

Sesuai waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. Dengan kata lain, pengerjaan proyek konstruksi tersebut harus efektif.

Masalah yang berkaitan dengan koordinasi

Menurut G.R. Terry koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Sedangkan menurut E.F.L. Brech, koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri (Hasibuan, 2007:85).
Masalah-Masalah dalam Koordinasi
Peningkatan spesialisasi akan menaikkan kebutuhan akan koordinasi. Tetapi semakin besar derajat spesialisasi, semakin sulit bagi manajer untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan khusus dari satuan-satuan yang berbeda. Paul R. Lawrence dan Jay W. Lorch (Handoko, 2003:197) mengungkapkan 4 (empat) tipe perbedaan dalam sikap dan cara kerja yang mempersulit tugas pengkoordinasian, yaitu:

1. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu.
Para anggota dari departemen yang berbeda mengembangkan pandangan mereka sendiri tentang bagaimana cara mencapai kepentingan organisasi yang baik. Misalnya bagian penjualan menganggap bahwa diversifikasi produk harus lebih diutamakan daripada kualtias produk. Bagian akuntansi melihat pengendalian biaya sebagai faktor paling penting sukses organisasi.

2. Perbedaan dalam orientasi waktu.
Manajer produksi akan lebih memperhatikan masalah-masalah yang harus dipecahkan segera atau dalam periode waktu pendek. Biasanya bagian penelitian dan pengembangan lebih terlibat dengan masalah-masalah jangka panjang.

3. Perbedaan dalam orientasi antar-pribadi.
Kegiatan produksi memerlukan komunikasi dan pembuatan keputusan yang cepat agar prosesnya lancar, sedang bagian penelitian dan pengembangan mungkin dapat lebih santai dan setiap orang dapat mengemukakan pendapat serta berdiskusi satu dengan yang lain.

4. Perbedaan dalam formalitas struktur.
Setiap tipe satuan dalam organisasi mungkin mempunyai metode-metode dan standar yang berbeda untuk mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk balas jasa bagi karyawan.

Masalah yang berkaitan dengan Pengaturan managemen
Manajemen konstruksi merupakan ilmu manajemen yang terkait dengan perencanaan, pengaturan, serta pengendalian yang dilakukan oleh para anggota dalam suatu proyek agar proyek pembangunan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan tanpa ada kendala yang berarti.
Namun demikian, umumnya dalam mengerjakan sebuah proyek, perusahan kontraktor yang sudah profesional pun akan tetap melakukan berbagai jenis pertimbangan umumnya yang terkait dengan permasalahan keuangan.
Hal tersebut dilakukan agar proyek yang dikerjakan tidak over budgeting dan menimbulkan kerugian sehingga harus mengambil keputusan yang dimungkinkan merugikan pelaksanaan proyek kedepan. Berikut adalah beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penyelenggaraan manajemen konstruksi yang baik dan benar.

 Fungsi planning dan organization

Pelaksanaan manajemen yang baik akan membuat fungsi planning dan organizatiojn berjalan dengan baik. Mengapa demikian?
Karena sebuah proyek bangunan tentunya dikerjakan untuk memenuhi sebuah target tertentu dan jika perencanaan mengenai desain serta pengelompokan orang terkait kegiatan yang akan dilakukan di lapangan berjalan dengan baik tentunya target waktu dan desain yang ditetapkan akan terselesaikan dengan baik.

Fungsi staffing dan directing

 Dalam pengerjaan sebuah konstruksi bangunan, tidak mungkin satu tim akan mengerjakan beberapa pekerjaan dalam satu waktu. Tentu akan ada pengelompokan dalam sebuah pengerjaan bangunan yang disesuaikan dengan keahlian dan kemampuan yang dimiliki oleh para pekerja.
Sebagai contoh ketika seorang pengusaha ingin membangun sebuah hotel di kota Yogyakarta tentunya pengusaha tersebut akan meminta bantuan kontraktor yang memiliki beberapa tim dengan keahlian berbeda dimana satu tim akan mengawasi masalah budgeting, tim lain mengawasi desain, dan tim berikutnya mengawasi masalah penyediaan bahan bangunan.
Kombinasi tim yang berjalan baik akan membuat bangunan yang diinginkan akan selesai tepat pada waktunya.

Faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam menyelesaikan proses konstruksi
Tenaga Kerja
Tenaga kerja konstruksi adalah setiap orang yang melakukan pekerjaan perencanaan, pelaksanaan atau pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural,sipil,mekanikal,elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat (UU 13, 2003; UU 18, 1999). Untuk merencanakan tenaga kerja yang
realiti perlu diperhatikan bermacammacam faktor, di antaranya yang terpenting adalah seperti berikut ini :
  1.  Produktivitas tenaga kerja.
  2. Tenaga kerja periode puncak.
  3. Jumlah tenaga kerja kantor pusat.
  4. Perkiraan jumlah tenaga kerja konstruksi di lapangan.
  5. Meratakan jumlah tenaga kerja guna mencegah gejolak yang tajam.


Peralatan Konstruksi
Ervianto (2004) menyatakan peralatan konstruksi merupakan salah satu dari sumberdaya yang harus disediakan bagi pelaksanaan proyek selain pekerja, metode konstruksi, uang dan material. Kriteria terpenting dalam memilih tipe dan ukuran alat adalah biaya keseluruhan dari tiap satuan produksi yang diperoleh. Pilihan yang memberikan biaya satuan produksi terkecil kemungkinan adalah pilihan terbaik. Menurut Ervianto (2004), terdapat beberapa faktor lain yang perlu diperhatikan sebelum keputusan akhir dibuat, faktor-faktor tersebut meliputi :
  1. Keandalan alat.
  2. Kubutuhan pelayanan.
  3. Ketersediaan suku cadang.
  4. Kemudahan pemeliharaan yang dapat dilakukan.
  5. Kemampuan alat untuk digunakan dalam berbagai macam kondisi lapangan.
  6. Memperbaiki lokasi bekerja/lingkungan kerja.
  7. Memperbaiki prosedur kerja.
  8. Memperbaiki spesifikasi produk.
  9. Memperbaiki penggunaan material, alat dan pemakaian pekerja.

Keuangan
Menurut Soeharto (2002),menyatakan perkiraan biaya adalah seni memperkirakan kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk kegiatan yang didasarkan atas informasi yang tersedia waktu. Pekiraan biaya ini erat hubungannya
dengan analisis biaya, yaitu pekerjaan yang menyangkutpengkajian biaya kegiatan-kegiatan terdahulu yang akan dipakai sebagai bahan untuk menyusun perkiraan biaya.

Lingkungan
Menurut Soeharto (2002), dalam bukunya berjudul “Studi Kelayakan proyek” menyatakan bahwa masalah lingkungan hidup saat ini semakin mendapatkan perhatian, karena implementasi fisik proyek dan operasi instalasi nantinya sering membawa perubahan yang dapat mempengaruhi kelestarian lingkungan.

Pembangunan Beberapa Sekolah di Jakarta Terbengkalai
 


 Mangkraknya sejumlah proyek gedung sekolah di DKI Jakarta selama beberapa tahun terakhir disebabkan faktor terputusnya alokasi anggaran. Sekolah yang tahun lalu mendapat anggaran belum tentu mendapat anggaran tahun ini. Tak kalah krusialnya, berlarut-larutnya pembebasan lahan dan rancangan teknis.
Demikian pantauan Kompas dan beragam penjelasan yang dihimpun sepekan terakhir. Sebagai contoh, proyek pembangunan SD Negeri 07, Sukabumi Utara, Jakarta Barat, terhenti sejak pertengahan 2012. Bangunan yang direncanakan berlantai empat itu baru sampai tahap kerangka konstruksi.
Selain anggaran pembangunan yang terputus, mangkraknya sejumlah bangunan sekolah di Jakarta terjadi karena pola yang keliru dan dugaan penyimpangan. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama meminta prosedur pembangunan dilakukan lebih ringkas agar anggaran lebih cepat terserap dan bangunan segera jadi.
Basuki menambahkan, selain pembebasan lahan, proyek pembangunan di Jakarta selama ini tidak bisa segera dimulai karena harus menunggu rancangan teknis (detail engineering design/ DED). Selain membutuhkan waktu, perencanaan DED juga dinilai menghamburkan anggaran. "Kami ingin seperti cara swasta bangun. Ada anggaran, ada rancang bangun dan spesifikasi teknis, langsung kerjakan," ujarnya.
Proyek pembangunan gedung sekolah selama ini dianggarkan dalam beberapa tahun anggaran. Sayangnya, tak ada komitmen anggaran untuk setiap sekolah pada setiap tahun karena tarik ulur kepentingan. Akibatnya, sekolah yang tahun lalu mendapat anggaran belum tentu mendapat anggaran tahun ini.
Saat beberapa kali meninjau sekolah, Basuki meminta pihak sekolah mengajukan usulan yang lebih rinci soal kebutuhan pembangunan. Dia mengkritik pola selama ini di mana dana digelontorkan "gelondongan" tanpa rincian. Hal ini berpeluang diselewengkan.
Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Arie Budiman menambahkan, pembangunan sekolah tidak berlanjut karena dana tak cukup. Tahun ini, misalnya, ada 212 gedung sekolah di Jakarta yang butuh perbaikan total. Namun, dana yang dianggarkan hanya cukup untuk 96 gedung.
"Tahun ini kami mendata kebutuhan secara rinci. Selama ini kebutuhan dana hanya dihitung berdasarkan laporan kerusakan, seperti rusak ringan, sedang, atau berat, tanpa rincian lebih detail mengenai satuan barang dan harga," kata Arie.
Anggota Lembaga Pengkajian Jasa Konstruksi, Darmatyanto Saptadewa, berpendapat, umumnya bangunan yang dibuat pemerintah pusat dan daerah dikhawatirkan berkualitas rendah karena dikejar target penyelesaian yang umumnya cuma enam bulan. Hal ini terkait dengan waktu penggunaan dana dari APBN atau APBD. Hal senada dikemukakan arsitek senior Han Awal yang dihubungi secara terpisah.
Darmatyanto mengatakan, pengerjaan bangunan di lingkungan pemerintah pusat atau daerah umumnya cuma mendapat waktu enam bulan. Jika dalam waktu tersebut bangunan belum selesai, dipastikan bangunan bakal mangkrak karena harus menunggu aliran dana dari APBN atau APBD berikutnya.
 "Tender dilakukan pada April- Mei-Juni. Pada pertengahan Desember mulai pelaksanaan di lapangan dan pada akhir Desember dilakukan penagihan akhir. Toleransi perpanjangan pengerjaan bangunan paling lama 50 hari. Jadi maksimal waktu yang diizinkan cuma tujuh bulan," ujar Darmatyanto.
Menurut dia, sebaiknya rencana pembangunan atau renovasi gedung yang berkelanjutan sudah disesuaikan dengan dugaan alokasi dana dari APBN atau APBD. "Ini untuk menghindari bangunan mangkrak," ujarnya.
Baik Darmatyanto maupun Han Awal berpendapat, kualitas bagian gedung yang mangkrak sampai dua tahun masih bisa dilanjutkan pembangunannya tanpa mengubah konstruksi dasar atau konstruksi pokok.
"Memang ada proses detoriasi (proses perusakan) karena cuaca, tetapi tak terlalu memengaruhi jika mangkraknya baru dua tahun. Tinggal dievaluasi saja proses detoriasinya," ujar Han Awal.
Darmatyanto menambahkan, jika terjadi detoriasi, cukup diretrofit (dilapis konstruksinya atau disuntik). "Yang penting tak terjadi kerusakan karena kebakaran atau gempa. Kalau itu yang terjadi, lebih aman dibongkar semua," ujarnya.

Nama Projek : Sekolah Dasar Negeri 07
Lokasi     :

Sebab akibat : Proyek pembangunan SD Negeri 07, Sukabumi Utara, Jakarta Barat, terhenti sejak pertengahan 2012. Bangunan yang direncanakan berlantai empat itu baru sampai tahap kerangka konstruksi. Selain anggaran pembangunan yang terputus, mangkraknya sejumlah bangunan sekolah di Jakarta terjadi karena pola yang keliru dan dugaan penyimpangan. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama meminta prosedur pembangunan dilakukan lebih ringkas agar anggaran lebih cepat terserap dan bangunan segera jadi. Proyek pembangunan gedung sekolah selama ini dianggarkan dalam beberapa tahun anggaran. Sayangnya, tak ada komitmen anggaran untuk setiap sekolah pada setiap tahun karena tarik ulur kepentingan. Akibatnya, sekolah yang tahun lalu mendapat anggaran belum tentu mendapat anggaran tahun ini. Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Arie Budiman menambahkan, pembangunan sekolah tidak berlanjut karena dana tak cukup. Tahun ini, misalnya, ada 212 gedung sekolah di Jakarta yang butuh perbaikan total. Namun, dana yang dianggarkan hanya cukup untuk 96 gedung

Kesimpulan : Jadi Sekolah Dasar Negeri 07, Sukabumi Utara sangat disayangkan sekali karena kekurangan dana dari pemerintah hal ini lah yang membuat kekecewa murid-murid tidak dapat belajar disekolah dikarenakan kekurangan dana jadi proyek pembangunan sekolah tersebut terhenti belum dipastikan untuk dilanjutkan semoga saja ditahun ini sekolah dasar 07 mendapat kan dana dari pemerintah dan para murid bisa belajar dan beraktivitas seperti murid lainnya , AMIN. 

Sumber :