Pengertian Umum Proyek Konstruksi
Menurut Mulyani (2006) dalam
Findy Kamaruzzaman (2010), proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan
proyek yang berkaitan dengan bidang konstruksi (pembangunan) yang mempunyai
dimensi waktu terbatas dengan lokasi sumber dana tertentu, guna mewujudkan
suatu gagasan serta mendapatkan tujuan tertentu, setelah gagasan tersebut layak
untuk dilaksanakan. Untuk menyelesaikan suatu proyek konsturksi, harus
berpegang pada batasan tiga kendala (triple constraint). Batasan tiga kendala
adalah :
Mutu
Kinerja
harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang dipersyaratkan. Hasilyang
dikerjakan dapat dipertanggungjawabkan.
Biaya
Besarnya
sesuai biaya yang dialokasikan. Dengan kata lain, pengerjaan proyek konstruksi
tersebut harus efisien.
Waktu
Sesuai
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. Dengan kata lain, pengerjaan
proyek konstruksi tersebut harus efektif.
Masalah yang berkaitan dengan koordinasi
Menurut G.R. Terry koordinasi adalah suatu usaha yang
sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan
mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan
harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Sedangkan menurut E.F.L. Brech,
koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi
kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan menjaga agar kegiatan
itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu
sendiri (Hasibuan, 2007:85).
Masalah-Masalah
dalam Koordinasi
Peningkatan spesialisasi akan
menaikkan kebutuhan akan koordinasi. Tetapi semakin besar derajat spesialisasi,
semakin sulit bagi manajer untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan khusus
dari satuan-satuan yang berbeda. Paul R. Lawrence dan Jay W. Lorch (Handoko,
2003:197) mengungkapkan 4 (empat) tipe perbedaan dalam sikap dan cara kerja
yang mempersulit tugas pengkoordinasian, yaitu:
1.
Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan
tertentu.
Para anggota dari departemen
yang berbeda mengembangkan pandangan mereka sendiri tentang bagaimana cara
mencapai kepentingan organisasi yang baik. Misalnya bagian penjualan menganggap
bahwa diversifikasi produk harus lebih diutamakan daripada kualtias produk.
Bagian akuntansi melihat pengendalian biaya sebagai faktor paling penting
sukses organisasi.
2.
Perbedaan dalam orientasi waktu.
Manajer produksi akan lebih
memperhatikan masalah-masalah yang harus dipecahkan segera atau dalam periode
waktu pendek. Biasanya bagian penelitian dan pengembangan lebih terlibat dengan
masalah-masalah jangka panjang.
3.
Perbedaan dalam orientasi antar-pribadi.
Kegiatan produksi memerlukan
komunikasi dan pembuatan keputusan yang cepat agar prosesnya lancar, sedang
bagian penelitian dan pengembangan mungkin dapat lebih santai dan setiap orang
dapat mengemukakan pendapat serta berdiskusi satu dengan yang lain.
4.
Perbedaan dalam formalitas struktur.
Setiap
tipe satuan dalam organisasi mungkin mempunyai metode-metode dan standar yang
berbeda untuk mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk balas jasa bagi
karyawan.
Masalah yang berkaitan dengan Pengaturan managemen
Manajemen konstruksi merupakan
ilmu manajemen yang terkait dengan perencanaan, pengaturan, serta pengendalian
yang dilakukan oleh para anggota dalam suatu proyek agar proyek pembangunan
yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan tanpa ada
kendala yang berarti.
Namun demikian, umumnya dalam
mengerjakan sebuah proyek, perusahan kontraktor yang sudah profesional pun akan
tetap melakukan berbagai jenis pertimbangan umumnya yang terkait dengan
permasalahan keuangan.
Hal tersebut dilakukan agar
proyek yang dikerjakan tidak over budgeting dan menimbulkan kerugian sehingga
harus mengambil keputusan yang dimungkinkan merugikan pelaksanaan proyek
kedepan. Berikut adalah beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari
penyelenggaraan manajemen konstruksi yang baik dan benar.
Fungsi
planning dan organization
Pelaksanaan manajemen yang baik
akan membuat fungsi planning dan organizatiojn berjalan dengan baik. Mengapa demikian?
Karena sebuah proyek bangunan
tentunya dikerjakan untuk memenuhi sebuah target tertentu dan jika perencanaan
mengenai desain serta pengelompokan orang terkait kegiatan yang akan dilakukan
di lapangan berjalan dengan baik tentunya target waktu dan desain yang
ditetapkan akan terselesaikan dengan baik.
Fungsi
staffing dan directing
Dalam pengerjaan sebuah
konstruksi bangunan, tidak mungkin satu tim akan mengerjakan beberapa pekerjaan
dalam satu waktu. Tentu akan ada pengelompokan dalam sebuah pengerjaan bangunan
yang disesuaikan dengan keahlian dan kemampuan yang dimiliki oleh para pekerja.
Sebagai contoh ketika seorang
pengusaha ingin membangun sebuah hotel di kota Yogyakarta tentunya pengusaha
tersebut akan meminta bantuan kontraktor yang memiliki beberapa tim dengan
keahlian berbeda dimana satu tim akan mengawasi masalah budgeting, tim lain
mengawasi desain, dan tim berikutnya mengawasi masalah penyediaan bahan
bangunan.
Kombinasi tim yang berjalan
baik akan membuat bangunan yang diinginkan akan selesai tepat pada waktunya.
Faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam
menyelesaikan proses konstruksi
Tenaga Kerja
Tenaga kerja konstruksi adalah
setiap orang yang melakukan pekerjaan perencanaan, pelaksanaan atau pengawasan
yang mencakup pekerjaan arsitektural,sipil,mekanikal,elektrikal, dan tata
lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu
bangunan atau bentuk fisik lain baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
untuk masyarakat (UU 13, 2003; UU 18, 1999). Untuk merencanakan tenaga kerja
yang
realiti perlu diperhatikan
bermacammacam faktor, di antaranya yang terpenting adalah seperti berikut ini :
- Produktivitas tenaga kerja.
- Tenaga
kerja periode puncak.
- Jumlah
tenaga kerja kantor pusat.
- Perkiraan
jumlah tenaga kerja konstruksi di lapangan.
- Meratakan
jumlah tenaga kerja guna mencegah gejolak yang tajam.
Peralatan
Konstruksi
Ervianto (2004) menyatakan
peralatan konstruksi merupakan salah satu dari sumberdaya yang harus disediakan
bagi pelaksanaan proyek selain pekerja, metode konstruksi, uang dan material.
Kriteria terpenting dalam memilih tipe dan ukuran alat adalah biaya keseluruhan
dari tiap satuan produksi yang diperoleh. Pilihan yang memberikan biaya satuan
produksi terkecil kemungkinan adalah pilihan terbaik. Menurut Ervianto (2004),
terdapat beberapa faktor lain yang perlu diperhatikan sebelum keputusan akhir
dibuat, faktor-faktor tersebut meliputi :
- Keandalan
alat.
- Kubutuhan
pelayanan.
- Ketersediaan
suku cadang.
- Kemudahan
pemeliharaan yang dapat dilakukan.
- Kemampuan
alat untuk digunakan dalam berbagai macam kondisi lapangan.
- Memperbaiki
lokasi bekerja/lingkungan kerja.
- Memperbaiki
prosedur kerja.
- Memperbaiki
spesifikasi produk.
- Memperbaiki
penggunaan material, alat dan pemakaian pekerja.
Keuangan
Menurut Soeharto
(2002),menyatakan perkiraan biaya adalah seni memperkirakan kemungkinan jumlah
biaya yang diperlukan untuk kegiatan yang didasarkan atas informasi yang
tersedia waktu. Pekiraan biaya ini erat hubungannya
dengan analisis biaya, yaitu pekerjaan
yang menyangkutpengkajian biaya kegiatan-kegiatan terdahulu yang akan dipakai
sebagai bahan untuk menyusun perkiraan biaya.
Lingkungan
Menurut Soeharto (2002), dalam
bukunya berjudul “Studi Kelayakan proyek” menyatakan bahwa masalah lingkungan
hidup saat ini semakin mendapatkan perhatian, karena implementasi fisik proyek
dan operasi instalasi nantinya sering membawa perubahan yang dapat mempengaruhi
kelestarian lingkungan.
Pembangunan Beberapa Sekolah di Jakarta
Terbengkalai
Mangkraknya sejumlah proyek
gedung sekolah di DKI Jakarta selama beberapa tahun terakhir disebabkan faktor
terputusnya alokasi anggaran. Sekolah yang tahun lalu mendapat anggaran belum
tentu mendapat anggaran tahun ini. Tak kalah krusialnya, berlarut-larutnya pembebasan
lahan dan rancangan teknis.
Demikian pantauan Kompas dan
beragam penjelasan yang dihimpun sepekan terakhir. Sebagai contoh, proyek
pembangunan SD Negeri 07, Sukabumi Utara, Jakarta Barat, terhenti sejak
pertengahan 2012. Bangunan yang direncanakan berlantai empat itu baru sampai
tahap kerangka konstruksi.
Selain anggaran pembangunan
yang terputus, mangkraknya sejumlah bangunan sekolah di Jakarta terjadi karena
pola yang keliru dan dugaan penyimpangan. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja
Purnama meminta prosedur pembangunan dilakukan lebih ringkas agar anggaran
lebih cepat terserap dan bangunan segera jadi.
Basuki menambahkan, selain
pembebasan lahan, proyek pembangunan di Jakarta selama ini tidak bisa segera
dimulai karena harus menunggu rancangan teknis (detail engineering design/
DED). Selain membutuhkan waktu, perencanaan DED juga dinilai menghamburkan
anggaran. "Kami ingin seperti cara swasta bangun. Ada anggaran, ada
rancang bangun dan spesifikasi teknis, langsung kerjakan," ujarnya.
Proyek pembangunan gedung
sekolah selama ini dianggarkan dalam beberapa tahun anggaran. Sayangnya, tak
ada komitmen anggaran untuk setiap sekolah pada setiap tahun karena tarik ulur
kepentingan. Akibatnya, sekolah yang tahun lalu mendapat anggaran belum tentu
mendapat anggaran tahun ini.
Saat beberapa kali meninjau
sekolah, Basuki meminta pihak sekolah mengajukan usulan yang lebih rinci soal
kebutuhan pembangunan. Dia mengkritik pola selama ini di mana dana
digelontorkan "gelondongan" tanpa rincian. Hal ini berpeluang diselewengkan.
Kepala Dinas Pendidikan DKI
Jakarta Arie Budiman menambahkan, pembangunan sekolah tidak berlanjut karena
dana tak cukup. Tahun ini, misalnya, ada 212 gedung sekolah di Jakarta yang
butuh perbaikan total. Namun, dana yang dianggarkan hanya cukup untuk 96
gedung.
"Tahun ini kami mendata
kebutuhan secara rinci. Selama ini kebutuhan dana hanya dihitung berdasarkan
laporan kerusakan, seperti rusak ringan, sedang, atau berat, tanpa rincian
lebih detail mengenai satuan barang dan harga," kata Arie.
Anggota Lembaga Pengkajian Jasa
Konstruksi, Darmatyanto Saptadewa, berpendapat, umumnya bangunan yang dibuat
pemerintah pusat dan daerah dikhawatirkan berkualitas rendah karena dikejar
target penyelesaian yang umumnya cuma enam bulan. Hal ini terkait dengan waktu
penggunaan dana dari APBN atau APBD. Hal senada dikemukakan arsitek senior Han
Awal yang dihubungi secara terpisah.
Darmatyanto mengatakan,
pengerjaan bangunan di lingkungan pemerintah pusat atau daerah umumnya cuma
mendapat waktu enam bulan. Jika dalam waktu tersebut bangunan belum selesai,
dipastikan bangunan bakal mangkrak karena harus menunggu aliran dana dari APBN
atau APBD berikutnya.
"Tender dilakukan pada
April- Mei-Juni. Pada pertengahan Desember mulai pelaksanaan di lapangan dan
pada akhir Desember dilakukan penagihan akhir. Toleransi perpanjangan
pengerjaan bangunan paling lama 50 hari. Jadi maksimal waktu yang diizinkan
cuma tujuh bulan," ujar Darmatyanto.
Menurut dia, sebaiknya rencana
pembangunan atau renovasi gedung yang berkelanjutan sudah disesuaikan dengan
dugaan alokasi dana dari APBN atau APBD. "Ini untuk menghindari bangunan
mangkrak," ujarnya.
Baik Darmatyanto maupun Han
Awal berpendapat, kualitas bagian gedung yang mangkrak sampai dua tahun masih
bisa dilanjutkan pembangunannya tanpa mengubah konstruksi dasar atau konstruksi
pokok.
"Memang ada proses
detoriasi (proses perusakan) karena cuaca, tetapi tak terlalu memengaruhi jika
mangkraknya baru dua tahun. Tinggal dievaluasi saja proses detoriasinya,"
ujar Han Awal.
Darmatyanto menambahkan, jika
terjadi detoriasi, cukup diretrofit (dilapis konstruksinya atau disuntik).
"Yang penting tak terjadi kerusakan karena kebakaran atau gempa. Kalau itu
yang terjadi, lebih aman dibongkar semua," ujarnya.
Nama Projek : Sekolah Dasar Negeri 07
Lokasi :
Sebab akibat :
Proyek pembangunan SD Negeri 07, Sukabumi Utara, Jakarta Barat, terhenti sejak
pertengahan 2012. Bangunan yang direncanakan berlantai empat itu baru sampai
tahap kerangka konstruksi. Selain anggaran pembangunan yang terputus,
mangkraknya sejumlah bangunan sekolah di Jakarta terjadi karena pola yang
keliru dan dugaan penyimpangan. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama
meminta prosedur pembangunan dilakukan lebih ringkas agar anggaran lebih cepat
terserap dan bangunan segera jadi. Proyek pembangunan gedung sekolah selama ini
dianggarkan dalam beberapa tahun anggaran. Sayangnya, tak ada komitmen anggaran
untuk setiap sekolah pada setiap tahun karena tarik ulur kepentingan.
Akibatnya, sekolah yang tahun lalu mendapat anggaran belum tentu mendapat
anggaran tahun ini. Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Arie Budiman
menambahkan, pembangunan sekolah tidak berlanjut karena dana tak cukup. Tahun
ini, misalnya, ada 212 gedung sekolah di Jakarta yang butuh perbaikan total.
Namun, dana yang dianggarkan hanya cukup untuk 96 gedung
Kesimpulan : Jadi Sekolah Dasar Negeri 07, Sukabumi Utara sangat disayangkan sekali karena kekurangan dana dari pemerintah hal ini lah yang membuat kekecewa murid-murid tidak dapat belajar disekolah dikarenakan kekurangan dana jadi proyek pembangunan sekolah tersebut terhenti belum dipastikan untuk dilanjutkan semoga saja ditahun ini sekolah dasar 07 mendapat kan dana dari pemerintah dan para murid bisa belajar dan beraktivitas seperti murid lainnya , AMIN.
Sumber :